- Kesalahan Logika -
A. Pengertian
Kesalahan logika, atau biasa kita sebut sebagai "Logical Fallacy", merupakan suatu alur penalaran atau cara berpikir yang "cacat" atau "sesat".
Cara berpikir semacam ini memang kadang kita pakai secara tidak sengaja. Akan tetapi, tak sedikit pula cara berpikir ini dipakai secara sengaja oleh suatu "pihak" tertentu untuk memengaruhi orang lain, membuat pembenaran sepihak, atau lari dari masalah.
●●●
B. Macam - macam Kesalahan Logika
1. Ad Hominem
Bahasa mudah dari "Ad Hominem" adalah "mengolok - olok". Kenapa? Karena dalam cara berpikir ini, yang diserang adalah si penyampai, atau lebih tepatnya pribadi si penyampai.
Contoh :
T : Honor itu Honorer, artinya penghormatan.
A : Bukan. Menurut KBBI, Honor itu kependekan dari Honorarium, artinya upah.
T : Hah? KBBI? Emang kamu Mahasiswa Sastra pakai kaya gituan?!
Pembahasan :
T pada contoh di atas menolak argumen A bukan dengan data yang valid, melainkan dengan "merendahkan" diri si A.
---
2. Tu Quoque
Bahasa mudah dari "Tu Quoque" adalah "Kamu juga gitu". Ini adalah situasi yang mirip dengan "Ad Hominem" karena yang diserang adalah pribadi lawan. Bedanya, di sini pendapat lawan disanggah karena suatu alasan, tapi ternyata ia sendiri juga menggunakannya. Mirip orang munafik gitulah.
Contoh :
T : Referensi itu pakai buku, jangan pakai aplikasi online atau tautan dari internet.
A : Walau Online, aku ambil itu langsung dari KBBI Kemendikbud. Lagian, kamu sendiri aja juga pakai tautan dari internet, kok aku nggak boleh?
T : Nggak. Kau yang memaksaku memakainya. Kan, kau duluan yang pakai.
A : Hah?
Pembahasan :
T pada contoh di atas menolak argumen A berdasarkan caranya mengambil referensi, bukan dari kesahihan argumennya. Lalu, saat A tanya kok T juga melakukan hal yang harusnya T anggap tidak benar, T malah membenarkannya (untuk dirinya sendiri) sebab A juga melakukan hal seperti itu.
---
3. Strawman
Bahasa mudah dari "Strawman" adalah "Memelintir Argumen". Kita ambil argumen lawan, lalu kita pelintir sedemikian rupa agar argumen lawan terkesan salah atau mendukung kita.
Ini ibarat seperti membuat Boneka Jerami (Strawman). Pertama, kita merakit Boneka Jerami, kemudian kasih nama, lalu kita injak - injak sampai hancur.
Contoh :
A : Kanji Jepang itu berkembang dari Kanji Cina.
T : Nah, berarti Kanji Jepang dan Kanji Cina itu sama.
A : Siapa yang bilang?
T : Kan, kamu bilang Kanji Jepang asalnya dari Kanji Cina, ya berarti Kanji Jepang bakal sama dengan Kanji Cina.
Pembahasan :
T pada contoh di atas salah menafsirkan (bisa juga memang sengaja memelintir) argumen A, dan menggunakannya untuk menyerang A.
Maksud A di sana adalah menjelaskan bahwa Kanji Jepang itu asalnya dari Kanji Cina. Namun, T di sana malah memelintir argumen tersebut sehingga A terkesan mengatakan bahwa Kanji Jepang itu sama dengan Kanji Cina.
---
4. Red Herring
Bahasa mudah dari "Red Herring" adalah "Ngomong A, jawabnya malah B". Ini adalah cara berpikir yang membawa suatu topik yang tidak relevan dari topik yang sedang dibahas.
Contoh :
A : Honor itu kependekan dari Honorarium, artinya upah.
B : Teorimu salah. Honor artinya tetap kehormatan. Juga, soal kesamaan Kanji, itu dilihat dari huruf Kanji yang serupa, baik di depan, maupun di belakang.
Pembahasan :
Seperti yang terpapar pada contoh di atas. Bagaimana topik seputar Kanji bisa keluar saat membahas soal "Honor"?
---
5. Anecdotal
Bahasa mudah dari "Anecdotal" adalah "Di aku beda". Ini adalah cara berpikir yang membawa - bawa sebuah pengalaman pribadi sebagai cara validasi yang sangat sahih.
Contoh :
A : Nggak ada namanya "Pahlawati" di tata bahasa baku di Bahasa Indonesia. Di KBBI aja nggak ada.
T : Ada. Di tempatku sering dipakai kok.
Pembahasan :
T berargumen bahwa argumennya benar atas dasar pengalaman pribadinya saja. Padahal, fakta di lapangan tidak berkata demikian.
---
6. Special Pleading
Bahasa mudah dari "Special Pleading" adalah "Kebanyakan alasan". Cara berpikir ini membuat pengecualian atas klaim sebelumnya yang ternyata terbukti salah.
Contoh :
T : "Honor" itu "Honorer", yang artinya penghormatan.
A : Nggak, bro. Lihat nih.
*A menunjukkan referensi valid dari argumen yang dipakainya.
A : Tuh, kan, "Honor" itu kependekan dari "Honorarium", yang artinya upah. Berarti, kamu salah.
T : Ya, wajar, bro. Kan, aku nggak lihat referensi manapun.
Pembahasan :
Argumen T di sana sudah salah karena fakta berkata lain. Namun, T berusaha mewajarkan kesalahannya dengan suatu alasan agar itu menjadi pengecualian (wajar bila dia salah). Intinya, T nggak mau kelihatan kalau dia salah.
---
7. Slippery Slope
Bahasa mudah dari "Slippery Slope" adalah "Efek Berantai" / "Efek Domino". Ini adalah cara berpikir bahwa suatu hal kecil dapat berakhir ke sebuah konsekuensi yang besar (Biasanya ini mengarah ke hal negatif dan bertujuan untuk memberikan rasa takut yang berlebihan).
Contoh :
Jika kita menciptakan robot - robot ber-AI tinggi, maka suatu hari, para robot itu akan melampaui manusia. Akhirnya, para robot itu akan membuat umat manusia ke arah kebinasaan.
Pembahasan :
Argumen di atas menganut efek domino yang belum terbukti akan kebenarannya karena baru atas perkiraan saja.
Untuk membuat argumen di atas bernilai benar, perlu dibuktikan hubungan dari satu kausal ke kausal yang lain (Misal : dari A ke B, dari B ke C, dan seterusnya).
---
8. False Dichotomy
Bahasa mudah dari "False Dichotomy" adalah "Hitam dan Putih".
Kita tahu hidup kita penuh warna yang mana juga memiliki keanekaragaman gradasi di dalamnya. Itu seperti halnya argumen.
Ini adalah cara berpikir yang membuat kesimpulan "Kalau bukan A, maka itu B" tanpa melihat adanya kemungkinan lain.
Contoh :
X : Aku nggak suka Kamen Rider Zi-O.
Z : Kamu pasti Elitis Heisei Phase 1.
Pembahasan :
Hanya karena X menyatakan A, belum tentu X kontra terhadap pendapat B. Bisa jadi, ada kemungkinan C, D, E, dsb.
Untuk kasus di atas, X tidak suka Kamen Rider Zi-O mungkin bisa dari segi kostumnya, plot ceritanya yang kurang rapi, atau faktor - faktor lainnya.
---
9. Bandwagon
Bahasa mudah dari "Bandwagon" adalah "Banyak yang gitu kok". Cara berpikir ini menganggap suatu hal menjadi benar hanya karena banyak orang yang menganggapnya benar.
Contoh :
X : Kok kamu bohong sih sama pacar kamu?
Z : Ya, kali cuma aku aja pernah bohong sama pacarku. Banyak, bro, pasangan di luar sana yang pernah bohong juga.
Pembahasan :
Hal ini terjadi saat kuantitas membuat fakta tersingkir. Fakta tak lagi dipandang hanya karena suatu hal yang tak berdasar. Suatu momen kala ego ingin menang, dan itu didukung oleh banyak orang serupa.
---
10. Appeal To Popularity
Bahasa mudah dari "Appeal To Popularity" adalah "Semuanya juga gitu kok". Cara berpikir ini menganggap suatu hal menjadi benar hanya karena banyak orang tengah melakukannya.
Contoh :
X : Kok kamu nggak pakai masker? Kan lagi Pandemik kaya gini. Bahaya, lho.
Z : Tuh, lihat mereka semua. Mereka juga nggak pakai masker. Jadi, enggak apa - apa.
Pembahasan :
Hal ini terjadi saat kuantitas orang yang sedang bertindak membuat fakta tersingkir. Fakta tak lagi dipandang hanya karena suatu hal yang tak berdasar tengah dilakukan. Suatu momen kala ego ingin menang, dan itu didukung oleh banyak orang serupa yang sedang melakukannya.
Perbedaan Appeal To Popularity dengan Bandwagon adalah waktu saat suatu kasus dijadikan alasan :
● Appeal To Popularity → Apa yang menjadi alasan tengah dilakukan oleh orang banyak atau sedang menjadi "Trending" untuk saat ini.
● Bandwagon → Apa yang menjadi alasan pernah dilakukan oleh kebanyakan orang, tak peduli kapan itu terjadi.
---
11. Appeal To Authority
Bahasa mudah dari "Appeal To Authority" adalah "Ikut - ikutan". Cara berpikir seperti ini beranggapan bahwa suatu argumen bernilai benar hanya karena ada orang berpengaruh yang mengatakannya.
Contoh :
X : Siapa negara terbaik?
Z : Negara A, bro.
X : Alasannya?
Z : Pemimpin Negara A mengatakan bahwa negaranya merupakan negara terbaik dari semua negara yang ada.
Pembahasan :
Argumen dari Z belum bisa dibuktikan kebenarannya karena hanya menitikberatkan pada otoritas seseorang, bukan dari bukti konkretnya.
Hal ini tentu berbeda dengan kejadian "merujuk pada para ahli" yang lazim ditemui dalam penelitian ilmiah. Apabila kita merujuk pada para ahli, kita berusaha mengambil data yang mendukung klaim tersebut, bukan hanya menyebutkan nama mereka sebagai dasar pembenaran, dan menelannya secara mentah - mentah.
Hal ini juga tidak sama jika itu dikatakan oleh seseorang yang benar - benar ahli di bidang tersebut. Misalnya, bila mengambil perkataan polisi untuk menangani suatu kasus kriminal, mengambil perkataan guru atau dosen untuk menangani persoalan belajar - mengajar, dsb.
---
12. Appeal To Emotion
Bahasa mudah dari "Appeal To Emotion" adalah "Bayangkanlah!". Cara berpikir ini menutupi atau menggantikan argumen yang valid dengan memanipulasi respons emosional.
Contoh :
Z : Kok kamu nggak berangkat kuliah?
X : Males, bro.
Z : Ya jangan gitulah, bro. Banyak lho orang di luar sana yang pengen kuliah tapi nggak pernah kesampaian.
Pembahasan :
Dari contoh di atas, daripada menunjukkan akibat nyata bila seseorang malas kuliah, Z malah memilih X untuk membandingkan nasibnya dengan mereka yang kurang beruntung di luar sana.
---
13. Appeal to Nature
Bahasa mudah dari "Appeal to Nature" adalah "Ikut harfiahnya aja". Cara berpikir ini percaya bahwa sesuatu itu benar atau valid karena sifat "natural"-nya memang seperti itu.
Contoh :
X : Kok kamu nggak memvaksin anakmu?
Z : Ngapain divaksin segala? Kan tubuh itu secara alami memproduksi antibodi. Dari situ, imunitas bisa didapatkan. Lagian, harusnya vaksin itu dilarang karena nggak alami atau sesuai kodratnya.
Pembahasan :
Z pada contoh di atas membuat argumen penolakan dengan alasan hukum alam, yang mana juga tidak tepat tempatnya, serta tidak melihat fakta - fakta yang lain. Misalnya, tidak semua orang tubuhnya dapat menghasilkan antibodi tepat waktu karena memiliki kelainan, kurang gizi, atau faktor lainnya.
---
14. No True Scotsman
Bahasa mudah dari "No True Scotsman" adalah "Bukan golongan kami". Ini adalah cara berpikir untuk mempertahankan sebuah generalisasi sekuat mungkin, bahkan sampai menolak semua hal yang menyimpang dari generalisasi tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk "cuci tangan".
Contoh :
Z : Semua anggota Fandom A nggak pernah ribut.
X : Kemarin aku nemu anggota Fandom A ribut sama anggota Fandom B.
Z : Berarti dia bukan anggota Fandom A.
Pembahasan :
Kesalahan yang terjadi di sana adalah menolak bukti valid agar kebersihan dari suatu kelompok tetap terjaga. Jadi, mau dikasih bukti sesahih apapun, tetap bakal dimentahkan.
---
15. Personal Incredulity
Bahasa mudah dari "Personal Incredulity" adalah "Ilmunya tak sampai". Cara berpikir seperti ini menolak suatu argumen karena itu berada di luar daya pikirnya.
Contoh :
X : Padahal aku sudah berlatih mati - matian, kok masih bisa kalah?
Z : Kamu kena kutukan kali.
Pembahasan :
Karena ada suatu hal yang telah terjadi dari sebuah kenyataan yang tidak bisa dijelaskan karena ketidakmampuan dalam menganalisisnya, maka mengabaikan hal itu menjadi pilihannya.
Cara menangani atau mencegah agar hal ini tak terjadi adalah dengan meningkatkan wawasan dan lebih berhati - hati dalam berucap.
---
16. Burden of Proof
Bahasa mudah dari "Burden of Proof" adalah "Buktikan salahku di mana!". Cara berpikir berupa melemparkan beban pembuktian kepada lawan.
Contoh :
Z : Anime A itu plotnya rapi banget.
X : Kok bisa?
Z : Emang nggak rapinya di bagian mana?
Pembahasan :
Apabila pembuat argumen tidak dapat membuktikan bahwa argumennya itu benar, lalu membuat lawan harus mencari kesalahannya agar membuat argumennya salah, itu adalah hal yang keliru.
Orang yang harus menunjukkan kebenaran dari suatu argumen adalah pengutara argumen itu sendiri.
---
17. False Cause
Bahasa mudah dari "False Cause" adalah "Cocoklogi". Ini adalah cara berpikir yang mengait - kaitkan suatu kejadian terhadap suatu sebab yang belum tentu atau bahkan sama sekali tidak memiliki korelasi dengan yang berkaitan.
Contoh :
Z : Jangan nonton Anime MM, bro.
X : Lho? Kenapa?
Z : Kemarin saat ada yang nonton, terjadi gempa bumi di sana.
Pembahasan :
Ada kalanya 2 hal terjadi beriringan karena suatu kebetulan. Oleh karena itu, perlu dicari mana saja yang saling berkaitan, dan yang tidak berkaitan.
---
18. Circular Reasoning atau Begging the Question
Bahasa mudah dari "Circular Reasoning" atau "Begging the Question" adalah "Muter - muter terus". Cara berpikir ini adalah membuat suatu pernyataan di awal, lalu pernyataan itu digunakan pula sebagai kesimpulan di akhir.
Contoh :
Z : Admin nggak pernah salah.
X : Kok bisa?
Z : Karena ada admin yang bilang gitu.
X : Apa buktinya kalau dia memang serius ngomong gitu?
Z : Karena admin nggak pernah salah.
Pembahasan :
Argumen pada contoh di atas berputar - putar pada "Jika A benar, maka B benar". Juga, "Jika B benar, otomatis A benar".
Tak ada bukti valid yang muncul di sana yang menjelaskan "mengapa admin nggak pernah salah".
---
19. Loaded Question
Bahasa mudah dari "Loaded Question" adalah "Pertanyaan jebakan". Ini adalah suatu cara dalam mengajukan pertanyaan, tapi disertai dengan praduga yang implisit sehingga penjawab tidak bisa terlihat tak bersalah.
Contoh :
Meski Z tahu bahwa X tidak pernah menonton Hentai, tapi Z mengajukan pertanyaan seperti ini ...
Z : Bro, apa kamu sudah berhenti nonton Hentai? Sudah atau belum?
X : ...
Pembahasan :
X di sini, walaupun dia menjawab "belum" karena memang "tidak pernah menonton", tetap saja X akan mendapat pandangan bahwa "X pernah menonton Hentai".
---
20. Ambiguity
Bahasa mudah dari "Ambiguity" adalah "Mengamburkan kebenaran". Ini adalah suatu cara dalam penggunaan bahasa yang ambigu atau bermakna ganda untuk menyamarkan kebenaran.
Contoh :
Hakim : Kenapa kamu belum membayar denda parkir?
Z : Saya tidak harus membayar karena tertera tanda "Fine for parking here".
Pembahasan :
Z menggunakan keambiguan suatu kalimat dari sebuah rambu untuk membuat tindakannya seolah benar.
Perbedaan Ambiguity dengan Strawman adalah apa yang diserang (dipelintir) :
● Ambiguitas → Memelintir fakta atau kebenaran yang ada di lapangan.
● Strawman → Memelintir argumen lawan.
---
21. Gambler's Fallacy
Bahasa mudah dari "Gambler's Fallacy" adalah "Kali ini, pasti bukan itu". Ini adalah cara berpikir manakala apabila suatu hal acak menghasilkan hasil yang sering, maka hasil selanjutnya akan berpeluang berbeda.
Contoh :
Ada orang main lempar koin. Hasil dari 9 kali lemparan pertama adalah "kepala". Nah, pada percobaan ke-10, mulai terpikir bahwa hasil yang keluar selanjutnya adalah "ekor", sebab "kepala" sudah sering keluar.
Pembahasan :
Cara berpikir semacam ini ibarat bermain judi, atau biasa dilakukan saat bermain judi. Cara berpikir ini cacat karena lebih menitikberatkan pada suatu "keberuntungan", alih - alih menganalisis sebuah alasan yang lebih masuk akal.
---
22. Texas Sharpshooter
Bahasa mudah dari "Texas Sharpshooter" adalah "Pilih - pilih". Ini adalah cara berpikir yang hanya memilih fakta atau bukti yang mendukung argumennya saja.
Contoh :
Seorang wirausahawan melakukan aneka ragam bisnis. Dari aneka bisnis itu, ada sebuah bisnis yang sangat sukses. Dari situ, si wirausahawan itu berubah menjadi motivator dan menggembar - gemborkan kisah suksesnya saja, tanpa memberitahukan apa saja kegagalan yang pernah dirinya alami. Orang yang melihatnya pun menjadi percaya bahwa dia itu adalah seorang wirausahawan yang selalu sukses.
Pembahasan :
Cara berpikir seperti ini salah karena dapat memberikan ilusi logika. Hanya memandang satu sisi tanpa melihat sisi lainnya, tentu saja akan membuat hasil yang tidak tepat, terlebih jika itu sampai diikuti oleh orang lain.
---
23. Middle Ground
Bahasa mudah dari "Middle Ground" adalah "Ambil saja jalan tengahnya". Ini adalah cara berpikir yang merasa bahwa kebenaran itu berada di titik tengah antara dua argumen.
Contoh :
Z merekomendasikan untuk melawan si A. Lalu, X merekomendasikan untuk mendukung si A. Dari kedua argumen itu, jalan terbaik yang dipilih adalah tidak melakukan apa - apa (Lihat dan amati saja).
Pembahasan :
Cara berpikir seperti ini biasanya dipakai untuk "cari aman" atau saat sulit memutuskan sesuatu yang sedang berkonflik. Hal ini kurang tepat karena seperti mencoba lari dari suatu masalah.
Cara berpikir ini bisa bernilai benar apabila telah dilakukan pengujian sehingga memilih "jalur tengah" memang cara terbaik untuk dilakukan.
---
24. Fallacy Fallacy
Bahasa mudah dari "Fallacy Fallacy" adalah "Karena argumenmu cacat, maka tidak dianggap". Cara berpikir ini menganggap suatu argumen otomatis salah hanya karena penarikan kesimpulan yang salah.
Apa!? Jadi, meskipun lawan memiliki kesalahan dalam membuat argumen, itu tak bisa membuat kita langsung benar?
Memang aneh, sih. Akan tetapi, nyatanya memang gitu.
Lalu, buat apa coba kita belajar kesalahan berpikir segitu banyaknya ini?
Jangan pesimis dululah. Ayo kita cek dulu apa maksudnya.
Contoh :
X : Eh, jangan makan makanan manis banyak - banyak deh. Entar jadi gendut lho. Bahkan, bisa kena diabetes.
Z : Ah, masa sih?
X : Iya, kemarin, tetanggaku yang seorang bupati bilang gitu.
Z : Aha! Kamu baru saja melakukan Kesalahan Logika, yaitu "Appeal To Authority". Jadi, argumenmu tidak benar karena cacat. Bodo amat kalau gitu.
Pembahasan :
Tidak bisa dipungkiri bahwa si X memang melakukan Kesalahan Logika, yaitu "Appeal To Authority". Akan tetapi, nyatanya, makan makanan manis secara berlebihan memang bisa membuat gendut, bahkan dapat menimbulkan penyakit diabetes. Akibatnya, si Z ikut terkena Kesalahan Logika pula, yaitu "Fallacy Fallacy".
●●●
Sekian, terima kasih atas waktunya.
Silakan koreksinya jika ada yang kurang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar